SPEKTROFOTOMETRI
SERAPAN ATOM
Spektrometri merupakan
suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan banyaknya
radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit.
Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA),
merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam
dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000). Prinsip dasar Spektrofotometri
serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel.
Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis
zat pada konsentrasi rendah (Khopkar, 1990). Cara kerja Spektroskopi Serapan
Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang
terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi
radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode
Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi
kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya
(Darmono,1995).
Komponen-komponen
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
1. Sumber
Sinar
Sumber radiasi SSA
adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA kita
harus menggunakan Hallow Cathode Lamp khusus misalnya akan menentukan
konsentrasi tembaga dari suatu cuplikan. Maka kita harus menggunakanHallow
Cathode khusus. Hallow Cathode akan memancarkan energi
radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.
Hallow Cathode
Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur
yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari
tungsten. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai
memijar dan dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan
pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada
panjang gelombang tertentu (Khopkar, 1990).
Sumber
radiasi lain yang sering dipakai adalah ”Electrodless Dischcarge Lamp” lampu
ini mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan Hallow Cathode Lamp (lampu
katoda cekung), tetapi mempunyai output radiasi lebih tinggi dan
biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se, karena lampu HCL untuk
unsur-unsur ini mempunyai signal yang lemah dan tidak stabil yang bentuknya
dapat dilihat pada Gambar 4.
2. Sumber
atomisasi
Sumber atomisasi dibagi
menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala. Kebanyakan
instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam
bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk
aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang
dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Jenis
nyala yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah
udara-asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala
ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit dapat ditentukan
dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluorosensi.
1. Nyala udara asetilen
Biasanya menjadi
pilihan untuk analisis mengunakan SSA. Temperatur nyalanya yang lebih rendah
mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar
pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan.
2. Nitrous
oksida-asetilen
Dianjurkan
dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit
terurai. Hal ini disebabkan karena temperatur nyala yang dihasilkan
relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V, dan W.
Proses atomisasi adalah
proses pengubahan sample dalam bentuk larutan menjadi spesies atom dalam nyala.
Proses atomisasi ini akan berpengaruh terhadap hubungan antara konsentrasi atom
analit dalam larutan dan sinyal yang diperoleh pada detektor dan dengan
demikian sangat berpengaruh terhadap sensitivitas analisis.
3. Monokromator
Monokromator merupakan
alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari
spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp
4. Detektor
Detektor merupakan alat
yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu
isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan
yang peka.
5. Sistem
pengolah
Sistem pengolah
berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serap
atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan.
6. Sistem
pembacaan
Sistem pembacaan
merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca
oleh mata.
Teknik-teknik analisis
Dalam analisa secara
spektrometri teknik yang biasa dipergunakan antara lain:
1. Metode
kurva kalibrasi
Dalam metode kurva
kalibrasi ini, dibuat seri larutan standard dengan berbagai konsentrasi dan
absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan SSA. Selanjutnya
membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan
garis lurus melewati titik nol dengan slope = ε. B atau slope = a.b,
konsentrasi larutan sampel diukur dan diintropolasi ke dalam kurva kalibrasi
atau di masukkan ke dalam persamaan regresi linear pada kurva kalibrasi
2. Metode
standar tunggal
Metode ini sangat
praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standard (Astd)
dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrofotometri.
Dari hukum Beer
diperoleh:
Astd = ε. B. Cstd Asmp =
ε. B. Csmp
ε. B = Astd/Cstd ε.
B = Asmp/Csmp
Sehingga:
Astd/Cstd = Asmp/Csmp Csmp =
(Asmp/Astd).Cstd
Dengan mengukur
absorbansi larutan sampel dan standard, konsentrasi larutan sampel dapat
dihitung.
3. Metode
adisi standard
Metode ini dipakai
secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan
kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standard. Dalam metode ini dua
atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu
takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu, kemudian diukur
absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standard, sedangkan larutan yang lain
sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu
larutan standard dan diencerkan seperti pada larutan yang
pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Cx; AT =
k(Cs+Cx)
Keterangan,
Cx = konsentrasi
zat sampel
Cs = konsentrasi
zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = Absorbansi
zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = Absorbansi
zat sampel + zat standar
Jika kedua persamaan di
atas digabung, akan diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam
sampel (Cx)dapat dihitung dengan mengukur Ax dan ATdengan
spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar
dapat pula dibuat suatu grafik antara AT lawan Cs, garis lurus yang
diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)}
; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
GANGGUAN DALAM ANALISIS
DENGAN SSA
Ada tiga gangguan utama
dalam SSA :
(1) Gangguan ionisasi
(2) Gangguan akibat pembentukan senyawa refractory (tahan panas)
(3) Gangguan fisik alat
Gangguan lonisasi:
(1) Gangguan ionisasi
(2) Gangguan akibat pembentukan senyawa refractory (tahan panas)
(3) Gangguan fisik alat
Gangguan lonisasi:
Gangguan ini biasa
terjadi pada unsur alkali dan alkali tanah dan beberapa unsur yang lain karena
unsur-¬unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala. Dalam analisis dengan FES
dan AAS yang diukur adalah emisi dan serapan atom yang tidak terionisasi. Oleh
sebab itu dengan adanya atom-atom yang terionisasi dalam nyala akan
mengakibatkan sinyal yang ditangkap detek'tor menjadi berkurang. Namun demikian
gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya serius, karena hanya sensitivitas dan
linearitasnya saja yang terganggu. Gangguan ini dapat diatasi dengan
menambahkan unsur-¬unsur yaug mudah terionisasi ke clalam sampel sehingga akan
menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis.
Pembentukan Senyawa
Refraktori:
Gangguan ini
diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan senyawa kimia, biasanya anion yang
ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa yang tahan panas
(refractory). Sebagai contoh, pospat akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala
menghasilkan kalsium piropospat (CaP2O7). Hal ini menyebabkan absorpsi ataupun
emisi atom kalsium dalam nyala menjadi berkurang. Gangguan ini dapat diatasi
dengan menambahkan stronsium klorida atau lantanum nitrat ke dalam tarutan.
Kedua logam ini lebih mudah bereaksi dengan pospat dihanding kalsium sehingga
reaksi antara kalsium dengan pospat dapat dicegah atau diminimalkan. Gangguan
ini juga dapat dihindari dengan menambahkan EDTA berlebihan. EDTA akan
membentuk kompleks chelate dengan kalsium, sehingga pembentukan senyawa
refraktori dengan pospat dapat dihindarkan. Selanjutnya kompleks Ca-EDTA akan
terdissosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang menyerap sinar. Gangguan
yang lebih serius terjadi apabi!a unsur-unsur seperti: AI, Ti, Mo,V dan
lain-lain bereaksi dengan O dan OH dalam nyala menghasilkan logam oksida dan
hidroksida yang tahan panas. Gangguan ini hanya dapat diatasi dengan menaikkan
temperatur nyala., sehingga nyala yang urnum digunakan dalam kasus semacam ini
adalah nitrous oksida-asetilen.
.
Gangguan Fisik Alat :
yang dianggap sebagai
gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan sampel
sampai ke nyala dan sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut adalah:
kecepatan alir gas, berubahnya viskositas sampel akibat temperatur atau solven,
kandungan padatan yang tinggi, perubahan temperatur nyala dll. Gangguan ini
biasanya dikompensasi dengan lebih sering membuat Kalibrasi
(standarisasi).
Keunggulan dan
kekurangan SSA
1. Keunggulan SSA
a. Memiliki kepekaan
yang tinggi karena dapat mengukur kadar logam sehingga konsentrasi sangat kecil
b. Memiliki
selektifitas yang tinggi karena dapat menentukan beberapa unsur sekaligus dalam
suatu larutan sampel tanpa perlu pemisahan.
c. Ketepatannya cukup
baik dimana meskipun syarat yang diperlukannya sederhana akan tetapi hasil
pengukuran yang diperoleh cukup teliti sehingga dapat menjadi dasar pembuatan
kurva kalibrasi.
2. Kekurangan SSA
a. Dibutuhkan suatu
lampu katoda berongga sebagai sumber nyala untuk setiap unsur.
b. Ditemukan adanya
beberapa gangguan yaitu : gangguan refektori, ionisasi dan fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar